Ticker

6/recent/ticker-posts

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM POTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM POTONG Oleh : Rabiynet@gmail.com

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada sektor pertanian menghendaki adanya tindakan penyesuaian dengan melakukan perubahan orientasi dari peningkatan produksi kearah peningkatan nilai tambah melalui kegiatan agribisnis. Meskipun ada perubahan orientasi dan wawasan, tetapi tujuan pembangunan pertanian tetap konsisten kepada perwujudan amanat pembangunan nasional yaitu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan peternak, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta memenuhi permintaan pasar melalui kinerja pertanian yang maju, efisien dan tangguh. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya penciptaan iklim kondusif bagi berkembangnya sistem agribisnis dan agroindustri yang dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian. Agribisnis yang dimaksud adalah satu kesatuan sistem usaha di sektor pertanian yang mempunyai posisi kemampuan adu tawar serta tampil mandiri menghasilkan barang yang berkualitas secara kontinyu, mampu memanfaatkan peluang dan isyarat pasar. Dalam pengertian agribisnis dapat memberikan penjelasan pada suatu sistem yang bersifat menyeluruh yang terkait satu sama lain dari beberapa sub sistem saling menunjang dimulai dari pengadaan dan penyaluran input, proses produksi, pengolahan hasil dan pemasaran serta distribusinya sampai pada konsumen (Downey dan Erickson, 1989). Agribisnis unggas dapat melibatkan berbagai bidang usaha yang terlibat satu dengan lainnya diantaranya; pengadaan pakan yang terkait dengan produsen jagung, dedak, tepung ikan, obat-obatan, peralatan peternakan, pelaku pasar dan pengusaha perunggasan (Sudoro dan Siriwa, 2000). Untuk mengelola perunggasan, diperlukan keterampilan analisis yang cermat (Suharno, 2000) karena keberhasilan usaha banyak ditentukan oleh daya dukung tersedianya berbagai kebutuhan bagi ternak peliharaan seperti ; bibit yang baik, pakan dalam jumlah yang cukup, adanya obat-obatan saat diperlukan, dan perkandangan memenuhi syarat teknis serta kondisi pasar yang menguntungkan. Ayam broiler merupakan salah satu produk dari sub sektor peternakan yang memerlukan pakan dalam jumlah yang tinggi karena pertumbuhannya sangat tergantung pada pemberian ransum berupa pakan. Namun yang menjadi masalah adalah bahan baku pakan dan obat-obatan tersebut sebagian besar berasal dari luar negeri sehingga sangat tergantung dan dipengaruhi oleh pihak ketiga. Disamping itu, besarnya skala usaha dapat menentukan tingkat pendapatan dan keuntungan para pelaku yang terlibat dalam meng-usahakannya (Fuad, 1997). B. Permasalahan Untuk mengetahui tingkat skala usaha yang dapat memberikan pendapatan dan keuntungan maksimal pada pelaku kegiatan usaha ternak diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui besarnya pendapatan dan keuntungan serta efisiensi usaha ternak ayam broiler sebagai ternak potong yang dilakukan pada skala kecil oleh masyarakat. C. Tujuan Penelitian ini bertujuan menelusuri faktor produksi yang digunakan dalam pengelolaan usaha, dan ingin mengetahui pendapatan bersih yang dapat diperoleh pada setiap tingkatan skala usaha serta tingkat efisiensinya. D. Manfaat 1. Keluaran (output) yang diharapkan dari kajian ini untuk mengetahui faktor produksi yang digunakan dalam pengelolaan usaha, dan ingin mengetahui pendapatan bersih yang dapat diperoleh pada setiap tingkatan skala usaha serta tingkat efisiensinya. 2. Sedangkan hasil (outcome) dari kegiatan kajian adalah sebagai masukan untuk Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru dalam menyusunan dan menerapkan kebijakan pertanian secara umum, khususnya dalam meningkatkan kinerja instansi pemerintah daerah.

BAB II METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha ternak ayam milik Swasta yang ada di wilayah Kota Banjarbaru dan unit usaha ternak binaan milik masyarakat. Pelaksanaannya dilakukan pada beberapa periode pemeliharaan sejak bulan Januari sampai Juni 2008 dimana setiap masa panen bervariasi antara 38 hingga 42 hari pemeliharaan. B. Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data digunakan metode survai (Bailey, 1982) dengan melakukan pengamatan pada skala tertentu pada kegiatan usaha ayam broiler milik masyarakat serta yang diusahakan pada unit usaha ternak unggas milik swasta dengan mengamati kegiatan usaha yang dilakukan dalam skala kecil selama 3 (tiga) periode pemeliharaan. Skala usaha yang menjadi acuan pada penelitian ini sebagai sample usaha ayam broiler sebagai ayam potong adalah dengan jumlah ternak 300 ekor, 500 ekor, 1.000 ekor, 1.500 ekor, 2.000 ekor dan 2.500 ekor. Data dan informasi yang diperlukan diperoleh dari beberapa sumber yaitu dari pengusaha ternak berupa data primer, kemudian data sekunder untuk menunjang kelengkapan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait dan buku referensi termasuk laporan hasil penelitian. Data primeir yang diperoleh langsung dari pengusaha ternak sebanyak 6 kelompok peternak yang diklasifikasi berdasarkan volume jumlah ayam broiler sebagai ternak ayam potong yang diusahakan. Data diperoleh melalui wawancara dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disediakan meliputi pengeluaran biaya selama proses pemeliharaan hingga panen serta jumlah penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usaha ternak ayam potong termasuk hasil sampingan berupa kotoran ayam yang dijadikan sebagai pupuk kandang. C. Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis secara diskriptif untuk melihat gambaran kegiatan usaha yang dilakukan dilapangan, sedang untuk mengetahui tingkat efisiensi skala usaha digunakan beberapa analisis ekonomi yaitu: 1. Analisis Tingkat Pendapatan Usaha Ternak. Analisis ini bertujuan untuk melihat tingkat pendapatan pada setiap sekat-sekat volume kegiatan yang diusahakan dan membandingkan pendapatan masing-masing usaha. dengan menggunakan formulasi sebagai berikut (Sukartawi, 1993): Ï€ = TP – TB Keterangan : Ï€ = Pendapatan usaha ternak TP = Total Penerimaan (penerima- an diperoleh dari hasil penjualan selama satu priode pemeliharaan ) TB = Total Biaya (biaya yang dikeluarkan selama satu priode pemeliharaan ) 2. Analisis Efisiensi Usaha (EFU). Analisis EFU digunakan untuk menghitung sejauh mana tingkat efisiensi yang dicapai pada tiap-tiap tingkatan volume usaha ternak ayam broiler sebagai ternak potong.menggunakan formulasi (Umar, 2003) sebagai berikut: EFU = Output / Input Keterangan: EFU = Efisiensi Usaha Output = Penerimaan dari hasil usaha ternak Input = Pengeluaran selama proses pemeliharaan ternak. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh perbedaan pendapatan dan tingkat efisiensi skala usaha dapat diuji dengan menggunakan Uji F (Sudjana, 1992). BAB III PEMBAHASAN A. Hasil Dan Pembahasan Para peternak mempunyai tujuan usaha dalam mengelola kegiatan usahanya adalah untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan menggunakan biaya yang seefisien mungkin.. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat ditempuh melalui beberapa cara yaitu antara lain melakukan analisa pendapatan dengan menghitung semua penerimaan yang diperoleh dengan seluruh biaya pengeluaran, melakukan efisiensi usaha dengan memprioritaskan kegiatan pokok yang substansial, serta melakukan penataan manajemen secara baik. Unsur pokok yang menjadi bahan analisis dalam pendapatan adalah menghitung penerimaan dan biaya- biaya yang digunakan. 1. Biaya usaha Biaya usaha adalah seluruh korbanan yang dikeluarkan sebagai biaya untuk memperoleh hasil selama priode usaha tertentu. Biaya usaha terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. a. Biaya tetap Biaya tetap adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai usaha ternak ayam potong secara tetap yang tidak tergantung pada besarnya skala usaha seperti pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan kandang, peralatan, listrik, gaji tetap karyawan yang dinyatakan dalam satuan harga rupiah selama satu siklus pemeliharaan. Untuk melihat secara terinci pengeluaran tersebut berdasarkan tingkat volume usaha adalah sebagai berikut. Tabel. 1. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Ternak Ayam Potong dari Berbagai Skala Usaha

No. U r a i a n Skala Usaha (Ekor)
300 500 1000 1500 2000 2500
1 Pajak Bumi & Bangunan 4.100 4.450 5.250 6.000 6.600 7.100
2 Penyusutan Kandang 78.900 83.500 122.000 175.000 227.500 287.500
3 Penyusutan Kandang 43.000 47.500 57.500 66.700 75.500 84.750
4 Listrik 1.660 2.200 3.300 4.650 5.200 5.500
5 Gaji tetap 200.000 250.000 450.000 600.000 750.000 850.000
T o t a l 327.660 387.650 638.050 852.350 1.064.800 1.234.850

Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa biaya tetap rata-rata terbesar adalah untuk keperluan gaji pada setiap skala usaha, menyusul biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan. Sedang biaya untuk pajak bumi dan bangunan serta biaya listrik tidak terlalu besar. b. Biaya Variabel Biaya Variabel yaitu biaya yang dikeluarkan tergantung pada jumlah besar kecilnya volume usaha. Semakin besar skala usaha, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai usaha ayam broiler tersebut. Yang termasuk ke dalam biaya variabel usaha ayam broiler sebagai ayam potong adalah biaya bibit, pakan, obat-obatan, alas kandang, tenaga kerja, bahan bakar, rekening listrik, dan karung tempat kotoran yang semuanya dinyatakan dalam rupiah pada rata-rata setiap priode pemeliharaan. Untuk jelasnya maka biaya variabel yang dikeluarkan setiap pos pengeluaran rata-rata setiap priode pemeliharaan yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut. Tabel. 2. Biaya Variabel Rata-rata Usaha Ternak Ayam Potong dari Berbagai Skala Usaha

No. Uraian Biaya Skala Usaha (Ekor) (dalam ribuan rupiah)
300 500 1000 1500 2000 2500
1 Bibit 1.050 1.650 3.500 5.250 7.000 8.250
2 Pakan 1.650 2.545 4.863 7.240 9.469 11.928
3 Obat-obatan 86 120 206 289 354 425
4 Alas Kandang 32 43 65 77 86 98
5 Insentif T. Kerja 50 100 450 750 1.000 1.250
6 Bahan Bakar 27 33 43 47 52 55
7 Listrik 30 36 54 65 77 90
8 Karung kotoran 22 30 55 80 100 125
T o t a l 2.947 4.557 9.236 13.798 18.138 22.221

Terlihat pada Tabel 2, bahwa biaya variabel yang banyak digunakan dalam jumlah besar adalah untuk keperluan pengadaan bibit DOC dan untuk keperluan pakan. Semakin besar skala usaha dikerjakan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Biaya untuk memotivasi karyawan untuk merangsang bekerja berupa insentif termasuk sangat mempengaruhi kegiatan usaha karena semakin besar skala usaha semakin besar pula insentif yang diberikan. Dan untuk biaya obat-obatan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit cukup pula mempengaruhi skala usaha. Akan tetapi bila terjadi serangan penyakit maka tentunya pengusaha akan mengeluarkan biaya yang lebih besar, sehingga dalam menjalankan usahanya selalu berusaha bertindak hati-hati dan mengantisipasi terlebih dahulu sebelan terjadi penyebaran penyakit pada ayam potong. 2. Penjualan Penjualan pada umumnya dilakukan setelah ayam potong berumur sekitar 38 sampai 42 hari yang diusahakan dengan cara menjual langsung kepedagang yang hampir setiap saat mendatangi peternak. Hasil penjualan sebagai penerimaan peternak pada setiap tingkatan skala usaha dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini. Penjualan biasanya dilakukan dengan menimbang berat badan ayam, akan tetapi kadang peternak merasa tersit waktunya untuk menimbang sehingga kebanyakan dari mereka hanya menimbang beberapa ekor yang dapat mewakili sebagai contoh lalu dihitung seluruhnya yang diangkut kepasar. Rata-rata perhitungan mereka adalah Rp 11.000 per ekor dengan berat berkisar 1,2 – 1,5 kg. Dengan melihat hasil penjualan dan perhitungan biaya yang telah digunakan pengusaha ternak, maka pendapatan mereka dapat diketahui termasuk penerimaan sampingan yang diperoleh dari menjual kotoran ayam yang dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Untuk melihat pendapatan usaha peternak ayam potong secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Nilai Penerimaan Rata-rata Ternak Ayam Potong dari Berbagai Skala Usaha

No Skala Usaha (Ekor) Nilai Jual (Rp)
Ayam Potong (Rp) Pupuk Kandang (Rp) Total (Rp)
1 300 3.300.000 44.000 3.344.000
2 500 5.500.000 30.000 5.530.000
3 1.000 11.000.000 110.000 11.110.000
4 1.500 16.500.000 160.000 16.660.000
5 2.000 22.000.000 200.000 22.200.000
6 2.500 27.500.000 250.000 27.750.000

Tabel 4. Pendapatan dan Tingkat Efisiensi Usaha Ternak Ayam Potong dari Berbagai Skala Usaha di Kabupaten Sidenreng Rappang, Tahun 2004

No Skala Usaha (Ekor) Pengeluaran (Rp) Penerimaan (Rp)
Tetap (Rp) Variabel (Rp)
1 300 3.344.000 327.660 2.947.000
2 500 5.530.000 387.650 4.557.000
3 1.000 11.110.000 638.050 9.236.000
4 1.500 16.660.000 852.350 13.798.000
5 2.000 22.200.000 1.064.800 18.138.000
6 2.500 27.750.000 1.234.850 22.221.000

Tabel 4 terlihat bahwa pada usaha kecil dengan populasi sebesar 300 ekor hanya mampu memperoleh pendapatan setiap periode sebesar Rp. 69.340,- atau hanya memperoleh manfaat keuntungan sebesar Rp. 231,13 per ekor dengan tingkat efisiensi usaha hanya mencapai 1,021. Sedang pada skala usaha yang besar dalam penelitian ini dengan populasi 2.500 ekor dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp. 4.294.150,- atau mampu memperoleh manfaat keuntungan sebesar Rp. 1.717,66 per ekor dengan tingkat efisiensi usaha mencapai 1,183. Tingkat perbedaan pendapatan dengan Uji F-hitung diperoleh hasil sebesar 5,32, dimana F-tabel (0,05) = 2,8, F-tabel (0,01) = 4,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa F- hitung > F-tabel 1% dan 5% yang berarti terdapat perbedaan yang nyata pada berbagai skala usaha. Demikian pula perbedaan Efisiensi Usaha dengan Uji F- hitung adalah sebesar 6,68, yang bearti terdapat pula perbedaan nyata pada setiap tingkat skala usaha. B. Alternatip Pilihan Pengelolaan usaha ternak ayam potong di masyarakat semakin berkembang dan meluas. Akan tetapi ada kecenderungan pelaksanaannya tidak efisien dan belum diketahui seberapa besar pendapatan yang dapat diperoleh pada tingkat skala usaha tertentu. Penelitian ini bertujuan menelusuri komponen faktor produksi yang digunakan dalam pengelolaan usaha, dan ingin mengetahui pendapatan bersih yang dapat diperoleh pada setiap tingkatan skala usaha serta tingkat efisiensinya. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha yang dilakukan, maka tingkat pendapatan dan efisiensi usaha semakin tinggi. Perbedaan pendapatan dan efisiensi usaha dalam uji statistik memperlihatkan hasil sangat nyata. C. Kesimpulan 1. Perbedaan pendapatan pada setiap tingkatan skala usaha sangat nyata sehingga manfaat dan keuntungan dapat diperoleh pada skala usaha yang lebih besar. 2. Semakin besar skala usaha yang dilakukan, maka semakin besar pulah tingkat efisiensinya. 3. Antisipasi faktor lingkungan dan keamanan yang sering menyebabkan pengaruh pada kebocoran dan kehilangan dapat menyebabkan berkurangnya penerimaan dan membengkaknya pengeluaran serta menyebabkan tidak efisiensi dalam pengelolaan. Daftar Pustaka Bailey, Kenneth D. 1982. Methods Of Social Research, Second Edition, The Free Press, Collier Macmillan Publishers, London. Suharno. B, 2000. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. PT.Penebar Swadaya, Jakarta Downey dan Erickson, 1989. Agribusiness Management, Alih Bahasa; Rochidayat Ganda dan Alfonsus Sirait, Penerbit Erlangga, Jakarta. Fuad, Y. 1997. Usaha Peternakan Ayam Broiler. Kanisius. Jakarta Umar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Teknik Menganalisis Kelayakan Rancana Bisnis Secara Komprehensif. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsito. Bandung Sudaro, Y. dan Anita Siriwa. 2000. Ransum Ayam dan Itik. PT. Penbar Swadaya, Jakarta. Sukartawi, 1993. Prinsip-prinsip Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Posting Komentar

0 Komentar