Ticker

6/recent/ticker-posts

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING (BROILER) POLA KEMITRAAN



ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING (BROILER) 
POLA KEMITRAAN

BAB I  
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan keseluruhan yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan petani peternak, serta menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja. Hal inilah yang mendorong pembangunan sektor peternakan sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan perekonomian bangsa. Untuk mencapai pembangunan pertanian pada umumnya dan sektor peternakan khususnya, maka sebagai penunjang kebutuhan protein hewani yang merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia perlu di usahakan produktifitas yang maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani peternak. Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka pemerintah daerah Kota Banjarbaru dan peternak yang ada di wilayah Kota Banjarbaru telah berupaya mendayagunakan sebagian besar sumber komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah ayam pedaging (broiler). Sebagaimana diketahui ayam broiler merupakan ternak penghasil daging yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak potong lainnya. Hal inilah yang medorong sehingga banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler ini. Perkembangan populasi ternak ayam broiler tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi dilema bagi peternak dan sulit dipecahkan oleh peternak yaitu aspek pasar dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil resiko untuk mengembangkan usaha peternakan ayam broiler dengan skala produksi lebih besar. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan peran pemerintah dalam menggerakan perusahaan swasta dan lembaga-lembaga pembiayaan agribisnis dalam menunjang pengembangan produksi peternakan khususnya ayam broiler. Peran perusahaan dan lembaga-lembaga agribisnis ini sangat membantu petani/peternak yakni dalam menyiapkan sarana produksi berupa bibit, pakan, obat- obatan, vaksin, vitamin dan pemasaran hasil peternakan dengan pola kemitraan. Pola kemitaran merupakan suatu bentuk kerja sama antara pengusaha dengan peternak dari segi pengelolaan usaha peternakan. Dalam kemitraan pihak pengusaha dan peternak harus mempunyai posisi yang sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai dimana dalam hal perhitungan tentang biaya produksi diatur sepenuhnya oleh perusahaan yang disepakati bersama oleh peternak. Pada hakekatnya kemitraan adalah sebuah kerja sama bisnis untuk tujuan tertentu dan antara pihak yang bermitra harus mempunyai kepentingan dan posisi yang sejajar. Keberlanjutan usaha peternakan ini ditentukan oleh gambaran finansial usaha, sebab kemampuan suatu usaha peternakan dalam mengembangkan modal terukur dalam parameter investasi seperti kemampuan usaha mengembangkan modal awal lebih besar daripada bunga bank, keuntungan usaha pada tahun-tahun mendatang dan lain sebagainya. Dengan kata lain usaha peternakan tersebut dapat bertahan jika keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan dimana semuanya itu harus diputuskan layak secara finansial (Fatah, 1994).

B. Permasalahan 
Dari uraian tersebut di atas maka terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu antara lain : 1. Bagaimanakah keadaan usaha peternakan rakyat ayam broiler pola kemitraan dalam pengalokasian biaya dan tingkat keuntungan yang diperoleh 2. Bagaimana keadaan secara finansial usaha peternakan rakyat ayam broiler pola kemitraan yang diusahakan oleh masyarakat Kota Banjarbaru..

C. Tujuan 
Dari uraian dan permasalahan diatas maka penulis berupaya untuk mengkaji kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan melalui metode pendekatan analisa proyek secara finansial. Tujuan Penelitian untuk mengetahui : 1. Keadaan usaha peternakan rakyat ayam broiler pola kemitraan dalam pengalokasian biaya dan tingkat keuntungan yang diperoleh. 2. Menganalisa secara finansial usaha peternakan rakyat ayam broiler pola kemitraan.

D. Manfaat 
1. Keluaran (output) yang diharapkan dari kajian ini untuk mengkaji kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan melalui metode pendekatan analisa proyek secara finansial. 
2. Sedangkan hasil (outcome) dari kegiatan kajian adalah sebagai masukan untuk Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru dalam menyusunan dan menerapkan kebijakan pertanian secara umum, khususnya dalam meningkatkan kinerja instansi pemerintah daerah.


BAB II 
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 
Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat ayam ras broiler milik salah satu peternak yang ada di wilayah Kota Banjarbaru. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan Aril sampai Juli 2017.

B. Teknis Pengumpulan Data 
1. Jumlah Sampel. Penentuan Jumlah Sampel Penentuan sampel atau responden dalam penelitian ini adalah penunjukan langsung (proporsive sampling) peternakan rakyat ayam broiler milik salah satu peternak yang ada di Kota Banjarbaru dengan menggunakan kunjungan langsung ke peternakan tersebut. 2. Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Sampel Pengumpulan data diperoleh melalui pengamatan langsung pada usaha peternakan ayam broiler dan disertai dengan wawancara langsung pada responden yang menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Responden yang dimasud adalah pemilik peternakan ayam broiler berserta tenaga kerja dalam usaha tersebut.

C. Karakteristik Data 
Jenis data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang mencakup identitas responden, keadaan umum usaha peternakan, pendapatan usaha, kebutuhan tenaga kerja, upah tenaga kerja, struktur penerimaan, faktor-faktor produksi, biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost) yang dikeluarkan dalam usaha peternakan tersebut. Data sekunder merupakan data pendukung yang meliputi data dari instansi-instansi terkait seperti Kantor Desa atau Kecamatan berupa data geografis lokasi penelitian.

D. Analisis Data 
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan peternak kemudian ditabulasi selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model analisis finansial melalui pendekatan analisis proyek:

1. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio dihitung dengan rumus (Kadariah, 1999):

Keterangan :
Bt = Benefit kotor pada tahun ke-t
Ct = Biaya kotor pada tahun ke-t
n = Umur ekonomis perusahan/proyek
i = Bunga potongan (discount rate)
(1+i) = Discount factor (Df)
Kriteria yang sering dipakai dalam menilai sesuatu usaha ditentukan oleh :
B/C Ratio > 1 : Usaha tersebut boleh dilaksanakan (meng- untungkan).
B/C Ratio = 1 : Usaha tersebut mengem- balikan modal persis sama dengan biaya yang dilakukan (impas).
B/C Ratio < 1 : Usaha tersebut ditolak karena tidak mengun- tungkan.
2. Net Present Value (NPV) Net Present Value dihitung dengan rumus (Kadariah, 1999):


Keterangan :
Bt : Jumlah penerimaan kotor dari usaha pada tahun t
Ct : Jumlah pengeluaran kotor dari usaha pada tahun t
n : Umur ekonomis
i : Bunga potongan (Discount rate) Kriteria yang sering dipakai dalam menilai suatu usaha ditentukan oleh :
NPV > 0 : Usaha tersebut boleh dilaksanakan
NPV = 0 : Usaha tersebut mengembalikan modal sama dengan biaya yang dikeluarkan.
NPV < 0 : Usaha tersebut ditolak karena tidak menguntungkan
3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return dihitung dengan rumus (Kadariah, 1999):

Keterangan :
NPV1 = NPV pada tingkat discount rate tertinggi
NPV2 = NPV pada tingkat discount rate terendah
i1 = Discount rate NPV 1
i2 = Discount rate NPV 2
Kriteria yang sering dipakai dalam menilai suatu usaha ditentukan oleh :
IRR > Cost of capital maka proyek dianggap layak.
IRR < Cost of capital maka proyek dianggap tidak layak.
4. Break Event Point (BEP) Break Event Point dihitung dengan rumus (Gittinger, 1990):

Keterangan :
FC : Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC : Biaya Variabel (Variabel Cost)
P : Harga jual per unit (Volume Penjualan)

Kriteria yang digunakan :
a. Biaya bisa dibagi menjadi biaya variabel.
b. Usaha peternakan hanya menjual dua jenis produk saja, kalaupun usaha itu menghasilkan lebih dua jenis produk, komposisi produk dianggap tetap.
c. Unit yang dihasilkan adalah sama dengan unit yang di jual.
BAB III PEMBAHASAN
A. Hasil Dan Pembahasan
1. Analisa Finansial pada Usaha Peternakan Ayam Ras Broiler Melakukan suatu kajian secara finansial dalam usaha peternakan sangat perlu sebab penentuan kelayakan suatu usaha harus dilakukan melalui analisa finansial yaitu dengan menghitung semua unsur biaya masukan dan semua unsur pemasukan. Analisa fianansial yang digunakan dalam usaha peternakan rakyat pola kemitraan milik peternak X di Desa Bontolangkasa Utara menggunakan kriteria penilaian investasi yaitu Net Benefit Cos Ratio (Net B/C Ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Break Event Point (BEP). Adapun perhitungan analisa finansial adalah sebagai berikut :

2. Analisa Pendapatan Petani Pendapatan petani ditentukan oleh penjualan hasil produksi akhir yaitu berupa ayam hidup dan hasil sampingan berupa subsidi pretasi, subsidi kerugian, subsidi hargha pasar, pupuk kandang dan karung pakan. Pedapatan petani merupakan selisih antara penerimaan (output) dan biaya produksi (input). Seperti pada Tabel 1.
No Uraian Tahun Produksi (Rp) Total (Rp) Rata-rata tahunan (Rp)
2003 2004 2005 2006
I Pendapatan kotor (Rp)
1 Pendapatan utama 227.049.862 408.303.971 587.701.135 108.470.448 1.331.525.417 332.881.354
2 Pendapatan sampingan 6.761.706 8.174.982 17.514.930 1.964.213 1.365.941.248 8.603.958
Total pendapatan kotor (1+2) 233.811.568 416.478.953 605.216.065 110.434.661 2.697.466.665 341.485.312
II Pembiayaan (Rp)
a Biaya Tetap 5.534.330 5.700.996 10.034.164 3.467.633 24.737.123 6.184.281
b Biaya Variabel (Rp) 184.311.510 348.780.538 482.054.648 95.473.970 1.110.620.667 277.655.167
Total Biaya II ( a + b ) 189.845.840 354.481.534 492.088.812 98.941.603 1.135.357.790 283.839.448
III Pendapatan Bersih (I-II) 43.965.728 61.997.419 113.127.253 11.493.058 1.562.108.875 57.645.864
IV Net B/C 1,05 1,05 1,05 1,05 3,13 105,00
NPV (Rp)
- 49.241.615 69.437.109 126.702.523 12.872.224 256.335.768 85.445.256
2% 51.439.902 72.536.980 132.358.886 13.446.878 245.381.247 81.793.749
- 24,31 24,31 24,31 24,31 24,31 24,31
7%
IRR (%) B 3.174 4.624 552.499 305.710 16.380 409.503
BEP 26.141.189 35.072.385 49.307.952 25.596.870 136.118.396 34.029.599
- Unit (kg)
- Rupiah

Adapun Perincian biaya tetap, variabel, pendapatan analisa finansial tahun 2003-2006 adalah sebagai berikut :
a. Net Benefit Cos Ratio (Net B/C Ratio) Analisa Net Benefit Cos Ratio (Net B/C Ratio) merupakan perbandingan penerimaan bersih usaha dalam tahun- tahun bersih positif dan biaya bersih usaha dalam tahun-tahun bersifat negatif. Berdasarkan hasil analisa pada Tabel 1 menunjukkan bahwa diperoleh nilai Net B/c ratio selama 4 tahun mulai tahun 2003-2006 yaitu B/C Ratio sebesar 1,05 artinya dalam usaha tersebut setiap penambahan satu satuan modal menghasilkan keuntungan 1,05. Dengan melihat kriteria investasi maka usaha peternakan rakyat ayam ras broiler milik salah satu peternak yang ada di wilayah Kota Banjarbaru menunjukan Net B/C Ratio > 1 layak untuk dikembangkan (Gittinger, 1990).
b. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih nilai pendapat bersih yaitu selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikalikan dengan discount factor (df). Dalam analisa NPV pada penelitian ini tingkat suku bunga bank (discount factor) terendah 12 % dan tertinggi 17 %. Nilai NPV ini menunjukkan kemampuan usaha peternakan dalam mengembangkan modal selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisa nilai NPV pada tingkat suku bunga bank terendah (12 %) tahun 200 Rp. 49.241.615 ; tahun 2004 Rp. 69.437.109 ; tahun 2005 Rp. 126.702.523 dan tahun 2006 Rp. 12.872.224 dengan total NPV pada tingkat suku bunga terendah (12 %) yaitu Rp. 256.335.768 atau rata-rata Rp. 85.445.256 per tahun dan pada tingkat suku bunga bank tertinggi (17 %) tahun 2003 Rp. 51.439.902; tahun 2004 Rp. 72.536.980 ; tahun 2005 Rp. 132.358.886 dan tahun 2006 Rp.13.446.878, dengan jumlah nilai NPV total pada suku bunga bank tertinggi (17 %) berjumlah Rp. 245.381.247 atau rata-rata Rp. 81.793.749 per tahun. Dengan demikian nilai akhir dari perhitungan dari NPV pada suku bunga terendah maupun suku bunga bank tertinggi lebih besar dari nol artinya usaha peternakan rakyat ayam ras broiler pola kemitraan milik salah satu peternak yang ada di wilayah Kota Banjarbaru menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

c. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai NPV sama dengan jumlah seluruh biaya selama usaha peteternakan di kelola yang dinyatakan dalam bentuk persen (%). IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari usaha peternakan ayam ras broiler milik peternak X di Desa Bontolangkasa Utara pada setiap tahun dan merupakan alat ukur untuk mengetahui kemampuan usaha peternakan dalam mengembalikan modal. Data pada Tabel 1 menunjukkan nilai IRR yang diperoleh pada usaha peternakan rakyat ayam ras broiler dari tahun 2003-2006 dengan rata-rata yaitu 24,31. Dengan melihat kriteria investasi bahwa nilai IRR lebih besar dari cost of capital dilihat dari tingkat suku bunga bank 12-17 % artinya usaha peternakan rakyat ayam ras broiler layak dilanjutkan dan dikembangkan.
d. Break Event Point (BEP). Analisa Bereak Event Point (BEP) dilakukan untuk mengetahui titik impas atau pulang pokok dari suatu usaha peternakan. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisa BEP unit pada tahun 2003, 2004, 2005, dan tahun 2006 berturut-turut 3.173,77 kg ; 4.624,25 kg ; 5.524,99 kg ; 3.057,10 kg dengan jumlah BEP unit selama 4 tahun mencapai 116.380,11 kg atau rata-rata 4.095,03 kg pertahun. Sedangkan BEP rupiah tahun 2003 Rp. 26.141.189 ; tahun 2004 Rp. 35.072.385; tahun 2005 Rp. 49.307.952 dan tahun 2006 Rp. 25.598.870 serta total BEP rupiah selama 4 tahun produksi Rp.136.118.396 atau rata-rata Rp 34.029.599 pertahun. Ini berarti apabila hasil penjualan usaha hanya mencapai titik BEP unit dan BEP rupiah maka usaha tersebut tidak mengalami kerugian dan keuntungan (impas) sedangkan apabila menjual hasil produksi diatas BEP unit dan BEP rupiah maka usaha tersebut mendapat keuntungan, sebaliknya apabila menjual hasil produksi dibawah dari BEP unit dan BEP rupiah maka usaha tersebut mengalami kerugian.
B. Alternatip Pilihan
1. Hasil kajian secara finansial menunjukan alokasi biaya pada usaha peternakan rakyat ayam ras broiler yaitu tahun 2003 berjumlah Rp. 189.845.840; tahun 2004 Rp. 354.481.534; tahun 2005 Rp. 492.088.812 dan tahun 2006 Rp. 98.941.603 dengan jumlah alokasi biaya selama 4 tahun produksi yaitu Rp. 1.135.357.789 atau rata-rata Rp. 283.839.447 per tahun. Sedangkan hasil penjualan pada tahun 2003 Rp. 233.811.568; tahun 2004 Rp. 416.487.953; tahun 2005 Rp. 605.216.065 dan tahun 2006 Rp. 110.434.661 dengan jumlah keselurhan penjualan selama 4 tahun berjumlah Rp. 1.365.941.247 atau rata-rata Rp. 341.485.312 per tahun. Dengan keuntungan bersih yaitu tahun 2003 Rp. 43.965.728; tahun 2004 Rp. 691.997.419; tahun 2005 Rp. 113.127.253 dengan jumlah keselurahan pendapatan bersih Rp. 230.583.458 atau rata-rata Rp. 57.645.865 per tahun.
2. Berdasarkan kriteria investasi yang diperoleh maka dari segi finansial usaha peternakan ayam ras broiler milik salah satu peternak yang ada di wilayah Kota Banjarbaru memberikan keuntungan dan layak usaha. Kelayakan usaha tersebut dibuktikan dengan kajian analisa finasial selama 4 tahun proses pemeliharaan diperoleh nilai Net B/C Ratio selama lebih besar satu yaitu 1,05, nilai NPV pada tingkat suku bunga terendah (12%) Rp 256.335.768 dengan rata-rata Rp. 85.445.256 dan NPV tingkat suku bunga tertinggi (17%) Rp 245.381.247 atau rata-rata Rp. 81.793.749, nilai IRR lebih besar dari suku bunga bank tertinggi (17 %) yaitu 24,31 % dan tingkat penjualan hasil produksi di atas dari BEP unit (16.380,11 kg per tahun) dengan rata-rata 4.095,03 kg dan BEP rupiah Rp. 136.118.396 atau rata-rata Rp 34.029.599 pertahun. 3. Pelaksanaan penyuluhan pertanian diarahkan kepada peternak ayam ras broiler pola kemitraan dan kelompok tani Juluatia I denga jumlah peserta 20 orang. Materi yang disampaikan mengenai tatalaksana keuntungan dan kelemahan dalam bermitra, pemeliharaan, pencegahan dan pengobatan penyakit ternak ayam broiler dan ayam buras dengan menggunakan metode pendekatan perorangan dan metode pendekatan kelompok. Adapun media yang digunakan berupa media cetak dan elektronika yakni folder, VCD dan Televisi. C. Kesimpulan 1. Dengan melihat kriteria investasi maka usaha peternakan rakyat ayam ras broiler milik salah satu peternak yang ada di wilayah Kota Banjarbaru menunjukan Net B/C Ratio > 1 layak untuk dikembangkan 2. Pada suku bunga terendah maupun suku bunga bank tertinggi lebih besar dari nol artinya usaha peternakan rakyat ayam ras broiler pola kemitraan milik salah satu peternak yang ada di wilayah Kota Banjarbaru menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. 3. Dengan melihat kriteria investasi bahwa nilai IRR lebih besar dari cost of capital dilihat dari tingkat suku bunga bank 12-17 % artinya usaha peternakan rakyat ayam ras broiler layak dilanjutkan dan dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Gowa Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Kab Gowa, Gowa. Fatah, 1994. Evaluasi Proyek. Aspek Finansial Pada Proyek Mikro. C.V. Asona, Jakarta. Gittinger, 1990. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hafsah, 1997. Studi Kelayakan Proyek. Gramedia, Jakarta Kadariah, 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Saragih B., 2000. Agrbisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda, Bogor.

Posting Komentar

0 Komentar