Ticker

6/recent/ticker-posts

STUDI ANALISIS MODAL KERJA USAHA KECIL DALAM RANGKA PENINGKATAN USAHA


STUDI ANALISIS MODAL KERJA USAHA KECIL DALAM RANGKA PENINGKATAN USAHA (Pengololaan modal kerja usaha kecil di Kota Banjarbaru)  
0leh :...........................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era reformasi ini usaha kecil mempunyai peranan yang sangat berarti dalam menunjang perekonomian. Banyak usaha besar pada saat ini mengalami keterpurukan sebagai akibat resesi ekonomi berkepanjangan, justru usaha kecil semakin bergairah untuk berkembang, Peranan usaha kecil yang penting ini, seyogyanyalah mendapat perhatian kita semua, tetapi pada kenyataan sekarang jarang banyak hambatan dan pembinaan yang kurang serius baik dari pemerintah maupun pihak-pihak lain yang terkait termasuk perguruan tinggi. Janji-janji untuk memberi kemudahan baik dalam perizinan, permodalan, maupun pembinaan manajemen baru sebatas pernyataan atau retorika politik, sehingga semua kebijakan selalu tidak menyentu pengembangan usaha kecil. Hasil pengamatan ada beberapa hal yang menghambat pembinaan usaha kecil di Indonesia ( Indra Ismawan, 1999), yaitu :(1) Indonesia belum memiliki undang-undang yang mengatur usaha kecil, walaupun sekarang rancangan undang-undang (RUU) itu mungkin sudah disahkan menjadi undang-undang namun realisasinya dan sosialisasi sampai saat ini belum jelas adanya (2) masih lemahnya komitmen dalam pembinaan usaha kecil, baik yang disuarakan oleh pemerintah maupun oleh pengusaha besar selaku mitra usaha, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha kecil itu ada dan berkembang sepenuhnya atas usaha mereka sendiri, kerena didorong oleh kebutuhan hidup. Penghambat lain yang juga dapat dikatakan secara structural usaha kecil umumnya di Indonesia menghadapi kendala-kndala bersifat internal, yaitu kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, kelemahan dalam struktur permodalan, dan kelemahan dalam mengakses permodalan, termasuk dalam manajemen modal kerja( Suryadi Soedirdja, 1998). Kondisi usaha kecil Indonesia yang demikian ini, jika kurang mendapat binaan yang serius di masa mendatang, khususnya dalam menghadapi pasar bebas versi AFTA ataupun versi Dunia nantinya akan berdampak serius bagi perkembangan usaha kecil di Indonesia umumnya dan secara khusus pada usaha kecil di Kota Banjarbaru. Kenyataan di lapangan dapat kita lihat pada saat ini banyak usaha kecil kita kewalahan dalam menghadapi serbuan produk-produk dari luar negari yang sampai saat ini sudah meramba ke berbagai pelosok Indonesia. Apalagi jika penerapan pasar bebas AFTA ini benar- benar sudah direalisasikan, dimana kita tidak dapat lagi membantasi barang masuk dengan pembatasan tarif masuk antar negara-negara ASEAN. Kenyataan ini akan menambah beban berat bagi usaha kecil, dan mungkin juga akan dialami oleh perusahaan besar yang tidak efisien. Bukti-bukti telah mununjukkan pada kita betapa kewalahannya usaha otomatif kita menghadapi serbuan produk –produk otomotif China, Taiwan, Korea, dewasa ini, masih banyak lagi produk-produk dari Negara jiran seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura yang sudah lama beroperasi di Negara kita. Situasi ini akan menjadi siutasi sulit bagi usaha-usaha kita khususnya usaha kecil jika dikaitkan dengan kelemahan usaha kecil kita yang telah diuangkapkan sebelumnya, terutama yang berhabungan dengan modal khususnya modal kerja. Usaha kecil menurut Levi dan Sarnat (1989) justru membutuhkan tambahan modal kerja relatif lebih besar dari kebutuhan usaha menengah maupun usaha besar. Kesulitan yang terbesar pada usaha kecil dalam modal kerja terletak pada usaha pemisahan antara kebutuhan modal kerja dengan kebutuhan hidup pengusaha dan keluarga sehari-hari. Hal ini terjadi kerena usaha kecil umumnya tidak mampu mengakses modal, terutama jika berhubungan degan pihak ketiga (bank maupun mitra usaha lainnya yang sifatnya sangat selektif). Kelemahan ini tentunya berdampak luas pada daya saing dan kemantapan berusaha, apalagi dihubungkan dengan inovatif. Kunci keberhasilan usaha kecil menurut Steiner, Goerge(1985) justru terletak pada usaha inovatifnya. Kedala yang dihadapi dalam pengembangkan usaha kecil di Kota Banjarbaru hampir sama dengan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil secara nasional, yaitu kesenjangan antara usaha menengah dan usaha besar semakin melebar. Usaha kecil di Kota Banjarbaru umumnya lemah dalam permodalan, sulitnya mendapatkan modal termasuk modal kerja, kelemahan dalam manajemen, dan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Kondisi ini setelah ditelusuri lebih jauh merupakan suatu sistem dalam kegiatan manajemen, ini berarti bahwa manajemen usaha kecil itu merupakan suatu sistem, sehinga salah satu dari sistem ini terganggu akan berdampak serius pada sistem secara keseluruhan ( Collins and Devana, 2001), ini jelas apabilah usaha kecil itu lemah dalam modal kerja akan berdampak serius pada keunggulan bersaing baik secara lokal apalagi dalam mengahadapi persaingan di pasar bebas, apakah itu versi AFTA atau secara global.

B Perumusan Masalah Masalah yang dapat ditarik dari uraian sebelumnya adalah: 1. Apakah pengelolaan modal kerja usaha kecil yang telah dioperasikan oleh usaha kecil di Kota Banjarbaru telah dilakukan secara efektif atau secara optimal. 2. Teknik manajemen apa yang tepat yang harus diterapkan oleh pengusaha kecil di Kota Banjarbaru dalam menghadapi ketatnya persaingan di era basar bebas. 3. Strategi apa sebaiknya digunakan oleh usaha kecil di Kota Banjarbaru dalam menghadapi ancaman persaingan degan produk-produk luar sekarang dan di era pasar bebas.

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi usaha kecil di Kota Banjarbaru terutama yang berhubungan dengan manajemen modal kerjanya.\ 2. Memberikan solusi manajemen dalam mengatasi masalah manajemen modal kerja setelah menganalisis modal kerja, memperhitungan kebutuhan modal kerja, dan teknik mengakses modal khususnya modal kerja. 3. Merumuskan strategi bersaing yang sesuai dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang bakal dihadapi di masa yang akan datang. 4. Merumuskan teknik pembinaan yang tepat dan fleksibel untuk usaha ecil di Kota Banjarbaru.
D Kerangka Pendekatan Kerangka pendekatan yang digunakan dalam pemecahan masalah ini dapat dilihat dari bagan alur berikut :

Gambar 1. Bagan Alur Pemecahan Masalah Penelitian
Gambar 1. ini menujukkan bahwa penyelesaian masalah penelitian akan dilakukan melalui empat tahap, yaitu : 1. Tahap penelitian, menggunakan metode penelitian yang sesuai sehingga didapatkan data yang valid dari respondenyang telah dipilih. 2. Ttahap pengolahan data dengan tabulasi, menghitung, memisah-misah hasil sesuai dengan tujuan untuk analisis, yaitu berdasarkan konsep manajemen keuangan khususnya manajemen modal kerja dan konsep manajemen stratetegi bersaing. 3. Tahap menganalisis hasil yang telah dipisahkan secara jelas. Konsep yang digunakan untuk mencari teknik bersaing, dan menumbuhkan inovatif digunakan konsep dari Glueck(1998), Konsep Collins and Devanna (1995), Kenichi Ohmae(1996), beberapa konsep dari David. Fred.R (1998), dan banyak sistesa yang dibuat oleh peneliti dan pengalaman mengajar manajemen strategi. Pendekatan yang digunakan untuk penyelesaian masalah modal kerja digunakan pendekatan Keown, et al (2000), Vanhorn(2000), Weston and Copland (1987), Levi and Sarnad ( 1983). 4. Tahap penyusunan pedoman pembinaan mananjemen berdasarkan’manajemen modal kerja dan manajemen strategi bersaing.
BAB II METODE PENELITIAN
A Lokasi Penelitian. 
Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kota Banjarbaru, pada bulan April2017.

B Metode Penarikan Sampel Metode penarik sampel adalah menggunakan metode Purposive random Sampling, yang diambil usaha kecil yang yang potensial yang ada di Kota Banjarbaru, Usaha kecil yang diambil satu unit berdasarkan jenis- jenis usaha, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Responden
No. Jenis Usaha Jumlah(unit)
1 Kerajinan Keripik 1
2 Tanaman hias 1
3 Tukang Jahit 1
4 Warung P&D 1
5 Restoran 1
6 Toko Meubel 1
7 Apotik Kecil 1
8 Kerajinan Bambu 1
9 Usaha Ikan Asin 1
10 Usaha bengkel Motor 1
11 Usaha Bengkel mobil 1
12 Usaha Toko Kue 1
13 Toko Manisan 1
14 Katering 1
15 Krupuk Ikan 1
Total 15
C Hipotesis 
Yang menjadi hiptesis dari kajian ini adalah : 
1. Pengololaan modal kerja usaha kecil di Kota Banjarbaru belum optimal. 2. Strategi inovasi adalah pilihan yang tepat untuk usaha kecil untuk tetap bertahan hidup dan bersaing di era pasar bebas.

D Analisis Data 
Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diangkat adalah menggunakan : 
1. Untuk membuktikan bahwa modal kerja usaha kecil belum optimal digunakan pendekatan manajemen keuangan konsep dari Weston and Copland (1998), yaitu dengan cara membagikan volume penjualan yang dicapai dengan jumlah hari perputaran seruhan modal kerja yang digunakan dalam usaha kecil. Modal kerja optmal bila Working Capitan (WC)≤ 0. Rumus hipotesisnya :
Ho = Nilai modal yang terpakai. H1 ≠ Nilai modal kerja yang optmal
2. Untuk membuktikan hipotesis keduadigunakan pendekatan manajemen strategi. Rumus hipotesisnya: Ho = usaha kecil tidak inovatif H1 ≠ Usaha kecil inovatif
E Pengolahan Data Data yang sudah terkumpul diolah secara tabulasi, dihitung, dan dianalisis berdasarkan konsep manajemen modal kerja yaitu menghitung perputaran modal kerja, menghitung kebutuhan modal kerja optimal sesuai dengan perkembangan jumlah permintaan.sedangkan untuk memilih dan menerapkan konsep manajemen strategi, dari data yang ada dikaji berdasarkan TOWS Matrix dari David, Fred (1998).

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Perhitungan 
Hasil perhitungan dimulai dari perputran modal kerja, kebutuhan modal kerja, dibandingkan dengan realiasi modal kerja dan realisasi volume penjualan, dapat dilihat dari Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Hasil Perhitungan Berdasarkan Manajemen Modal Kerja Usaha Kecil
No Jenis Usaha (1 unit) Modal KerjaYang dioperasikan/hr (Rp) Volume Penjuan yang dicapai/hr (Rp) Jumlah hari Perputaran modalkerja (satu tahun) Jumlah Kebutuhan Modal kerja seharusnya/hr (Rp)
1 Kripik Singkong 12.916, 67 45.833, 33 68, 74 24.034, 90
2 Tanaman hias 60.130, 56 68.299, 44 109, 42 77.360, 69
3 Tukang jahit 23.826, 38 45.500, - 223, 8 73.190, 35
4 Warung P&D 12.288, 89 16.666, 67 158, 68 37.811, 95
5 Restoran 142.502, 78 366.666, 67 443, 76 283.937.26
6 Toko Meubel 599.291, 67 744.444, 44 557, 87 480.398, 66
7 Apotik Kecil 223.611, 11 291.666, 67 338, 76 309.953, 95
8 Kerajinan Bambu 26.112, 50 46.666, 67 390, 28 16.448, 29
9 Usaha Ikan Asin 12.715, 28 20.000, 00 189, 64 109.301, 33
10 Bengkel Motor 31.805, 56 56.666, 67 590, 45 123.126, 43
11 Bengkel Mobil 321.875, - 388.888, 89 236, 67 591.540, 96
12 Toko Kue 21.405, 14 60.750, 45 36, 11 36.471, 58
13 Toko Manisan 70.711, 11 104.877, 78 466, 43 80.946, 77
14 Katering 113.548, 28 154.444, 44 169, 26 328.488, 72
15 Krupuk ikan 82.288, 89 113.194, 44 208, 53 195.415, 52
Tabel 3. Perbandingan Modal Kerja Yang Diopersikan Dengan Kebutuhan Modal Kerja Seharusnya Berdasarkan Volume Penjualan
No. Jenis Usaha Kecil Modal Kerja yang dioperasikan/hr (Rp) Jumlah Kebutuhan Modal Kerja seharusnya berdasarkan volume Penjualan/Hr (Rp) Keterangan
1 Kripik Singkong 12.916, 67 24.034, 90 11.118, 23
2 Tanaman hias 60.130, 56 77.360, 69 17.229, 79
3 Tukang jahit 23.826, 38 73.190, 35 49.363, 97
4 Warung P&D 12.288, 89 37.811, 95 25.523, 06
5 Restoran 142.502, 78 283.937.26 141.434, 48
6 Toko Meubel 599.291, 67 480.398, 66 -118.893, 01
7 Apotik Kecil 223.611, 11 309.953, 95 86.342, 55
8 Kerajinan Bambu 26.112, 50 16.448, 29 -9.664, 21
9 Usaha Ikan Asin 12.715, 28 109.301, 33 96.586, 05
10 Bengkel Motor 31.805, 56 123.126, 43 91.320, 87
11 Bengkel Mobil 321.875, 00 591.540, 96 269.665, 96
12 Toko Kue 21.405, 14 36.471, 58 15.066, 44
13 Toko Manisan 70.711, 11 80.946, 77 10.235, 66
14 Katering 113.548, 28 328.488, 72 214.900, 44
15 Krupuk ikan 82.288, 89 195.415, 52 113.126, 63
Sumber : Data hasil istimasi (telah diolah)
Tabel 4. Tingkat Pencapaian Margin Usaha Kesil Di Kota Banjarbaru
No NamaJenis Usaha Kecil Pencapaian Volume Penjualan harian(Rp) Biaya Variabel Harian(Rp) Persentase Kontribusi margin
1 Kripik Singkong 45.833, 33 32.679, 49 28, 66
2 Tanaman hias 68.299, 44 44.920, 54 34, 23
3 Tukang jahit 45.500, - 20.11, 50 54, 7
4 Warung P&D 16.666, 67 13.020, 00 21, 88
5 Restoran 366.666, 67 226.233, 34 38, 3
6 Toko Meubel 744.444, 44 310.210, 00 58, 33
7 Apotik Kecil 291.666, 67 229.308, 34 21, 38
8 Kerajinan Bambu 46.666, 67 20.421, 33 56, 24
9 Usaha Ikan Asin 20.000, 00 11.014, 00 44, 93
10 Bengkel Motor 56.666, 67 25.902, 33 54, 29
11 Bengkel Mobil 388.888, 89 193.900, 00 50, 14
12 Toko Kue 60.750, 45 34.761.40 42, 78
13 Toko Manisan 104.877, 78 73.183, 48 31, 77
14 Katering 154.444, 44 107.771, 33 61, 99
15 Krupuk ikan 113.194, 44 63.349, 76 43, 91

B Pembahasan 
1. Kajian Berdasarkan Manajemen Modal Kerja 
Hasil dari riset terhadap lima belas jenis usaha kecil yang beroperasi di Kota Banjarbaru setelah diuji berdasarkan kebutuhan modal yang seharusnya berdasarkan rumusan yang membagi total penjualan dengan lamanya hari rata perputaran setiap item modal kerja maka didapatlah hasil lengkap seperti yang diperlihatkan oleh Tabel 1. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir rata-rata perusahaan kecil atau 87% usaha kecil di Kota Banjarbaru umum belum optimal dalam penggunaan modal kerjanya, ini dibuktikan oleh adanya kelebihan (bertanda +) dalam penggunaan modal kerja, dan hanya 13% (bertanda -) yang efektif dalam penggunaan modal kerjanya. Ketentuan penggunaan modal kerja yang optimal menurut Weston dan Copland (1998), adalah tercapai jika WC ≤ 0 . Kelemahan ini umumnya karena lemahnya manajemen modal kerja sebagai akibat dari banyaknya keterbatasan sumberdaya dari usaha kecil itu sendiri, diantaranya banyak perusahaan harus menalang atau menggunakan persekot uang muka dalam pengadaan pesediaan untuk menjaga stabilitas produksi, sehingga banyak usaha kecil memiliki tingkat perputuran persediaan yang rendah , disisi lain kurang efektif dalam penagihan piutang, sehingga perputaran piutang rendah. Kelemahan ini juga umumnya disebabkan adanya keterbatasan modal kerja secara umum, karena kesulitan dalam mengakses modal kerja. Sumber-sumber dana yang ada umumnya adalah bersifat individu dengan rata- rata tingkat suku bunga yang tinggi. Kemampuan menggunakan sumberdana dari bantuan bank, KUK dari koperasi atau instansi pemerintah umumnya masih jarang. Kalaupun ada pada umumnya mereka tidak begitu tertarik menggunakan sumberdana ini karena dipandang terlalu sulit dan sangat birokrasi, dan persyatan ini tidak dapat dipenuhi oleh banyak perusahaan kecil. Akibatnya banyak usaha kecil berjalan seadanya dan orientasi usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Kondisi seperti ini tentukannya akan mempersulit usaha kecil untuk dapat eksis di era pasar bebas pada tingkat AFTA apalagi pada tingkat dunia.

2. Kajian Berdasarkan Manajemen Strategi 
Hasil perhitungan dimulai dari Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, dapat dijadikan dasar dalam kajian lingkungan usaha kecil, ditambah dengan fakta lingkungan yang ada pada usaha kecil sekarang dan prediksi di masa yang akan datang. Guna menyusun strategi pengembangan usaha kecil sekarang dan yang akan datang digunakan pendekatan David, Fred (1998) yang dikenal dengan TWOS Marix Analysis. Berdasarkan kajian ini kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari manajemen usaha kecil itu dituangkan dalam matrik TOWS sebagai berikut: 

Hasil kajian lingkungan berdasarkan TOWS ini secara umum menggambarkan peta kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari keberadaan usaha kecil di masa yang akan datang, selain itu melalui matriks TOWS ini dapat dirancang strategi apa yang layak diterapkan dalam jangka pendek , jangka menengah, dan jangka panjang terutama dikaitkan dengan persaingan secara bebas di era AFTA maupun era Global. Kekuatan dari saha kecil di Kota Banjarbaru berdasarkan kajian hasil survei ada tiga pilar yaitu (1) setiap usaha kecil umumnya memiliki kontribusi margin yang tinggi yaitu berkisar rata-rata antara 41%, ini menunjukkan bahwa usaha kecil ini secara bisnis masih cukup potensial kalau dikelola dengan benar. Masalahnya terletak pada kemampuan mengatur biaya operasional usaha, jika biaya operasional rutin ini dapat diefisienkan maka usaha tersebut akan tetap eksis dan berkembang secara mandiri apalagi jika menggunkan dana binaan pemerintah atau yang disalurkan melalui Bank atau non Bank.; (2) Rata-rata pengusaha kecil ini memiliki keuletan dalam berusaha karena terdorong oleh motivasi untuk mempertahan hidup secara mandiri; (3) Selain itu kekuatan lain adalah hampir semua produk yang ditawarkan oleh usaha kecil dapat diterima pasar local karena itu sampai saat ini masalah penjualan tetap baik. Kelemahan usaha kecil di Kota Banjarbaru umumnya (1) masih rendahnya pengetahuan mengena modal kerja, sehingga mereka belum sadar dan sungguh-sungguh mengatur penagihan piutang, memgatur persediaan, termasuk sulitnya memisahkan kebutuhan rumah tangga dengan kebutuhan usaha; (2) Kelemahan ini hampir dilakukan oleh setiap usaha kecil sebagai akibat masih rendahnya SDM yang ada, yaitu keterampilan berbisnis secara profesional ; (3) Masalah pengadaan bahan baku belum diatur berdasarkan perkiraan kebutuhan produksi, tetapi lebih banyak didorong oleh adanya rasa takut kehabisan bahan baku, sehingga mereka banyak yang bertjaga-jaga secara berkelebihan pada pengaadaan bahan baku dan pelengkap. Peluang usaha kecil di Kota Banjarbaru diantaranya (1) masih terbukanya peluang untuk menggarap pasar local maupun non local; (2) Tingginya dukukung pemerintah melalaui binaan manajemen ataupun bantuan modal yang dapat dimanfaat untuk mengembangkan usaha kecil. Ancaman usaha kecil kedepan antara lain (1) datang dari semakin ketatnya persaingan baik secara lokal maupun global ; (2 ) ancaman datang di era pasar bebas adalah semakin cepatnya trend/perubahan mode yang berpengaruh pada perubahan salera konsumen; (3) selain itu ancaman datang dari peningkatan mutu dan pe layanan sebagai akibat adanya perkembangan teknologi produksi yang baru. Kajian–kajian TOWS inilah yang dijadikan dasar untuk menyusun langkah atau strategi usaha kecil ke depan agar dapat bertahan dan bekembang terutama di era pasar bebas, apakah itu di era pasar bebas AFTA atau pada era Global. Tindakan strategi yang harus diambail dalam jangka pendek adalah : (1) Memperbaiki modal kerja, dengan cara meningkatkan pengetahuan mengenai modal kerja, cara mengatur persediaan, cara mengatur piutang, cara mengatur seluruh kebutuhan operasional termasuk melakukan efisiensi usaha; (2) Melakukan peningkatan dengan suplier lokal sehingga terjalin harmonisasi hubungan dan kontinyuitas pemasokan dapat terjamin sesuai dengan kebutuhan. (3) Melatih SDM agar mampu menguasai ketearampilan bisnis moderen dan mampu menyerap binaan atau bantuan modal kerja dari pemerintah yang disalurkan melalui Bank atau dana KUK.

C. Alternatip Pilihan 
1. Tindakan jangka menengah adalah : 
a. Meningkatkan mutu dan perbaikan sistem pelayanan kepada setiap konsumen baik secara lokal maupun untuk meningkatkan pelayanan di luar Kota Banjarbaru. b. Menerapkan sistem pemasaran yang moderen dengan memperbaiki pelayanan, dimulai dari perbaikan kemasan, peningkatan daya kerja produk, maupun bentuk pelayanan purna servis, dll. 
2. Tidakan strategi jangka panjang adalah : 
a. Berusaha untuk mengganti teknologi yang ada dengan teknologi yang baru sesuai dengan kemajuan zaman. b. Strategi inovasi menjadi andalan utama, hal ini dap, sehingga mampu membaca kebutuhan pasar dengan cepat. Hal dapat dikembangkan berkat kesadaran mengenai pemahaman salera konsumen dan ketersediaan teknologi.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 
Hasil perhitungan dan kajian yang telah dilakukankan meunjukkan bahwa secara umum hipotesis yang diungkapkan pada penelitian ini dapat dibuktikan, dengan alasan sebagai berikut : 
1. Hasil perhitungan kebutuhan modal kerja berdasarkan besaran pencapaian volume penjualan umumnya menunjukkan hampir ( 87% ) usaha kecil itu menggunakan modal kerjanya secara berkelebihan ( WC>0). Menurut ketentuan manajemen kerja yang diungkapkan oleh Weston dan Copland yang menyatakan bahwa modal kerja yang optimum adalah jika working of capital (WC) ≤0. 
2. Efek dari buruknya manajemen modal kerja ini juga berpengaruh pada kemampuan bersaing dari usaha kecil sehingga jika ini diteruskan tanpa dicari solusi tidak tertutup kemungkinannya akan berpengaruh pada keberadaan dan daya saing usaha kecil itu di masa yang akan datang terutama pada era AFTA ataupun era Global.

B. Saran 
Yang menjadi saran penulis pada kajian ini adalah : 
1. Dianjurkan kepada semua pihak yang terkait dimulai dari Departemen atau dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM ataupun instansi pemerintah atau swasta yang terkait, maupun masyakat yang peduli seperti masyarakat kampus untuk melakukan binaan manajemen modal kerja dan teknik mengakses modal serta peningkatan wawasan SDM usaha kecil mengenai keterampilan bisnis moderen, sehingga dapat mengkuti perkembangan pasar dan perubahan salera konsumen secara tepat dan cepat. 
2. Hasil penelitian ini harus disosialisasikan sehingga setiap usaha kecil mengetahui strategi apa yang harus mereka terapkan, agar tetap bertahan dan berkembang di masa yang akan datang . Strategi itu adalah : a. Strategi jangka pendek : 1). Memperbaiki modal kerja, dengan memperhatikan lebih intensif pada item persediaan dan piutang, sehingga kedua item ini dapat efektif dimanfaatkan sebagai bagian dari modal kerja yang dapat memperbaiki kinerja modal kerja. 2). Usaha kecil perlu meningkatkan hubungan baik dengan supliernya sehingga terjamin kontinyuitas produksi, yang secara tidak lansung berpengaruhi terhadap efektivitas item persediaan. 3). Usaha kecil perlu mengikuti pelatihan SDM khususnya untuk menambah wawasan bisnis moderen. b. Strategi jangkah menengah yang perlu diambil oleh usaha kecil adalah : 1). Meningkatkan mutu dan sistem pelayanan kepada konsumen lokal maupun di luar Kota Banjarbaru 2). Menerapkan sistem pemasaran moderen dengan memperbaiki pelayanan, perbaikan kemasan, daya kerja produk maupun pelayanan purna servis. c. Strategi jangka panjang yang perlu diambil adalah : 1). Berusaha mengganti teknologi dengan teknologi yang moderen sesuai dengan kemajuan zaman. 2). Mengembangkan inovasi produk, sebagai keunggulan bersaing di era AFTA maupun era global.

Daftar Pustaka
Bernard W.Taylor III, Intoduction to Management Science. Virginia: Pearson Education-Prentice Hall, 8th, ed Bill Scott, 1997. The Skill of Communicating.England: Wildwood House. Collin and Devana, 2001. The Portable MBA.New York : John Wiley & Sons, Inc. Indra Ismawan, 1999. Menghapus Kesenjangan: Makalah Seminar Pembinaan Usaha Kecil.Jakarta, September 21. Kenoichi Ohmae, 1996. Managing in a borderless World.New York: Harvard University Review .67, p 153. Keown, David, Martin, and Petty, 2000. Basic Financial Management, Virginia Prentioce-Hall, Inc, 9th-ed Levi and Sarnat, 1983. Capital Investment and Financial Decisions.Singapore: Prentice Hall International. Punji Wahono, 2000. Kunci Pengembangan Usaha Kecil: Makalah Seminar-Kerja sama antar Lembaga, Jakarta, 23 April. Philip, 1998. Copetitive Advantage. New York : Collier Macmilan Publishers. Steiner, George, 1989. Starting A Successful Small Business. Great Britain: Kogan Page Limited. Suryadi Soedirdja, 2000. Faktor Penghambat Pengembangan Usaha Kecil: Makalah Seminar Antar Instasi, Jakata. 19 Juni. Richard E. Feinberg-Valeriana Kallap, 2000.PerbankanKomersil, di Dunia Ketiga, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Vanhorn, 2001. Fundamentals of Financial Management. New Yersey : Printice Hall, Inc.Weston and Copland, 1998.

Posting Komentar

0 Komentar