Ticker

6/recent/ticker-posts

Akal budi manusia adalah akar bagi perbudakan maupun kemerdekaan



Lelaki dan wanita sukses seringkali mengatakan bahwa salah satu unsur utama dalam sukses mereka adalah pengetahuan akan akal budi mereka dan penerapannya yang memerlukan seni dalam penggunaannya.
Dalam rangka melakukan sesuatu yang berharga, kita perlu membersihkan ruang-ruang mental kita dari segala negativisme, takut, khawatir dan pemikiran berbahaya lainnya. Tindakan paling efektif untuk menyingkirkan semua itu sama seperti menyingkirkan kegelapan, yakni membawanya ke tempat terang. Singkirkan atau tangkallah semua pemikiran berbahaya itu dengan pemikiran lawannya. Singkirkan kebencian dengan cinta, rasa takut dengan keyakinan, pemikiran tentang sakit dengan pemikiran tentang sehat, pemikiran tak jujur dengan pemikiran jujur, pemikiran dengki dengan pemikiran percaya dan sebagainya.
Anda tak bisa menyingkirkan kegelapan dengan tekad yang setengah­setengah. Hal ini harus digantikan dengan cahaya. Demikian pula akal budi. Untuk menghindarkannya dari pemikiran berbahaya, kita harus menggantikannya dengan penangkal atau lawannya. Proses ini mampu mengubah seluruh karakter akal budi kita.
Jika kita belajar untuk menguasai akal budi kita dengan mengen­dalikan pemikiran, artinya kita mencoba melepaskan belenggu dan perbudakan yang telah mengungkung diri kita dan membuat kita tak bisa maju. Kodrat manusia yang mulia terdiri dari akal budi, semangat dan karakter. Dalam hakikat kodrat mulia manusia ini tak ada keterbatasan, kecuali pembatasan oleh diri kita sendiri melalui proses pemikiran.
Dengan sumbangan tak ternilai dari pengendalian pemikiran itu, manusia menciptakan keadaannya sendiri. Sebagai kapten dari nasib kita sendiri dan penguasa hidup kita sendiri, apakah taksepantasnya kita menjadi cakap dalam navigasi kehidupan kita? Itulah tantangan yang ada dalam hari-hari kita. 
"Orang adalah sebagailnana yang dipikirkannya."

Posting Komentar

0 Komentar